Selasa, 05 Februari 2008

VALENTINE DAY FOR ALL OF YOU

Hari ini sama seperti penduduk lain di biosfer ini, mungkin telah kau tunggu berhari-hari yang lalu, atau malah sudah beberapa minggu atau bulan yang lalu. Sebenarnya menurut aku hari ini tidaklah istimewa (mungkin karena aku katrok.....). Konon hari ini adalah hari kasih sayang sedunia. Wuiiih....happy dong! Aku yakin banyak diantara kalian yang belum tau kenapa hari ini diperingati sebagai hari valentine ? Hari valentine dawali dari sebuah legenda Santo Valentinus yang dibunuh oleh Kaisar Klaudius pada abad ke-3 Masehi pada tanggal 14 Februari. Maka di Jerman Hari Valentine adalah hari peringatan akan penderitaan dan kematian Santo Valentinus sehingga dianggap sebagai Hari Kecelakaan, Hari Kemalanagan, dan Hari Kerugian, tetapi di Inggris, Perancis, dan Amerika dianggap sebagai Hari Kasih Sayang, mengapa? Karena sebelum meninggal Santo Valentinus menulis “surat cinta” kepada umat. Dalam suratnya ia menasehati umatnya agar tetap saling “mengasihi dan menyayangi”. Nah, ini yang kemudian mendasari orang Inggris dan Amerika untuk menjadikan hari tersebut sebagai hari Kasih Sayang. Dan akibat globalisasi kebiasaan mereka menyebar sampai ke seluruh penjuru dunia. Dan di Indonesia sendiri bisa kita lihat sebelum hari itu tiba di mal-mal, supermaket, sampai warungnya mpok minah disana ada gebyar-gebyar tulisan gede “Happy Valentine Day” dan tentunya di dalamnya dijual pernak pernik yang berbau valentine, mulai dari kartu ucapan (tapi ini biasanya nggak laku-laku amat karena udah kalah dengan SMS), kado-kado, pita, baju, gelas, cangkir, bantal, bunga, dan seabrek lainnya yang biasanya berwarna pink alias merah jambu, dsb. Tapi yang paling menarik adalah di sana mesti banyak didominasi coklat, mulai dari yang harga strata pelajar sampai yang strata konglomerat. Namun bukan harganya yang membuat aku tertarik, lalu apanya ? Ya.....coklatnya itu. Kenapa harus coklat ? Coklat merupakan hasil olahan biji tumbuhan coklat yang dalam bahasa kerennya Theobroma cacao merupakan tumbuhan dengan vegetasi pohon ber-ordo Malvales dan ber-familia Sterculiacea, masih bersaudara dekat dengan jati belanda dan jangkang atau kepuh. Eh....sorry jadi ngelantur ke taksonomi tumbuhan. Ok, kembali ke pembicaraan awal dilihat dari nama ilmiahnya tumbuhan itu sering pula disebut cacao dan di dalam bijinya terdapat zat penikmat berupa zat theobromin seperti pada kopi (cafein) dan teh (tein), zat tersebut konon dari hasil penelitian dalam kadar tertentu dapat merangsang otak mengeluarkan endorfin yang akan membuat seseorang merasa lebih nyaman, rileks, merasakan cinta, merasakan kasih sayang. Nah....pembaca baru tau kan itu alasannya. Ini ilmiah lho ! Yang tidak ilmiah menurut aku adalah apakah hanya coklat satu-satunya yang bisa membuat seseorang menjadi sayang pada seseorang ? Apakah dengan beberapa gigitan kemudian sim salabim seseorang langsung punya rasa sayang ? Apakah dengan coklat yang beberapa gigit kemudian habis begitu saja, bisa digunakan sebagai tolok ukur kasih sayang ? Dan seberapa besar pula zat theobromin itu punya pengaruh terhadap pelepasan endorfin ditinjau dari coklat yang dikonsumsi waktu itu ? Sedemikian signifikankah ? Itu yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan mendasar bagiku. Tapi dunia sudah terlanjur memvonis bahwa valentine = coklat = warna merah muda. Silakan orang umum berpersepsi begitu. Dan karena aku nggak setuju-setuju amat (setujunya hanya beberapa persen aja) maka aku saat ini nggak punya coklat untukmu (wah...pelit ya....). Mungkin senyum yang tulus dan ikhlas dari hati aja (bukan senyum yang dibuat-buat, bukan senyum yang basa-basi) yang bisa aku berikan sebagai tanda kasih sayangku (menurutku ini lebih berharga dibanding satu-dua batang coklat meski dari coklat yang bermerk sekalipun ! ya...setidaknya itu menurut aku).

Sebenarnya sih aku akan memberi surprise kado hari ini dengan seuntai tasbih dari deretan manik nan indah, agar kamu bisa senantiasa mengasihi dan menyayangi Allah swt dalam setiap detak jantungmu. Tapi........aku pikir biar saja kamu temukan sendiri manik-manik itu, mungkin dari deretan gigimu yang berjumlah 32 plus 1 lidah (jadi 33 buah kan) yang senantiasa meafadzkan tasbih, tahmid, dan takbir disetiap akhir sholatmu adalah untaian tasbih terbaik bagimu.

Sebenarnya aku juga ingin memberikan kado mewah di hari ini sebuah sajadah nan wangi, agar kamu bisa senantiasa mengasihi dan menyayangi Allah swt dalam setiap rukuk sujudmu. Tapi....aku pikir biar saja kamu temukan sediri sulaman-sulaman sutra itu, mungkin sudah ada dalam hamparan lembar-lembar hatimu yang tidak henti-hentinya mengingat akan ke-esaan Ilahi robi.

Sebenarnya aku juga ingin memberikan kado istimewa di hari ini sebuah mukena terputih yang pernah tercipta untuk menggantikan mukenamu yang telah lusuh karena senantiasa kau pakai untuk membasuh dosa dan khilafmu, agar kamu senantiasa mengasihi dan menyayangi Allah swt dalam setiap desah nafasmu. Tapi......aku pikir biar saja kamu temukan sendiri kain yang telah terajut sempurna dengan renda-renda itu, mungkin dalam kesucian niat setiap amalanmu yang tiada henti-hentinya mengalir dalam menghiasi hidupmu.

Ah....kenapa hari kasih sayang harus dihubungkan dengan Allah segala. Pasti kamu mengatakan bahwa aku sok suci, sok religius, sok hebat dan sok-sok yang lain. Enggak.....karena menurutku jika kamu sayang sama Allah, rasa sayang yang lainpun pasti ikut (mau dengan ortu, saudara, teman, bahkan orang terdekat). Ibarat kalian membuat sebuah tempat tidur rasa sayang pada Allah adalah ranjangnya, rasa sayang yang lain adalah kolongnya. Jadi ketika ranjang sudah jadi tanpa kau buat kolongpun akan tercipta dengan sendirinya. Mudeng nggak ?.......

Apalagi yang bisa aku hadiahkan padamu hari ini ?...Nggak tau lagi. Namun yang perlu diingat olehmu bahwa dalam konsep Islam peringatan Hari Valentine itu nggak ada (karena ini sebenarnya adalah budaya orang Kristiani). Nah, dalam Islam yang dimaksud hari kasih sayang adalah hari-hari yang telah dan yang akan kita dilalui setiap harinya.

So...everyday is valentine day.

GONG XI FA CAI

Menarik jika kita sering mengikuti bagaimana tradisi masyarakat Thionghoa yang hidup di manapun dia tinggal. Tradisi nenek moyang yang berupa pernak-pernik menyambut tahun baru mereka sangat dipegang teguh. Segala sesuatunya dipersiapkan secara detail. Ada kue kranjang sebagai salah satu makanan yang khusus ada jika tahun baru imlek datang. Bagaimana mereka juga menyiapkan angpao yang akan dibagikan ke kerabat dekat atau ke orang-orang yang membutuhkan. Kesenian barongsai merupakan hal wajib yang tidak boleh tidak ada. Sembahyang di klenteng juga banyak sekali ritual yang mereka lakukan, mulai dari bakar dupa, bakar uang-uangan dari kertas khusus untuk menghormat dewa dewi (ada dewa bumi, dewa langit, dewi Kwan Im, dsb), menyediakan lilin yang sudah diberi nama dengan ukuran yang amat besar (bahkan harganya ada yang sampai jutaan rupiah), serta ritual lain yang penulis sendiri tidak tahu. Tidak hanya itu ketika malam tahun baru imlek juga tidak boleh menyapu lantai rumah dengan maksud agar rejekinya tidak banyak yang hilang. Kemudian ada lagi ritual untuk membuang ci swak (sengkala/halangan) dengan melepas burung, kura-kura, atau hewan lain. Ah....pokoknya banyak sekali ritual yang mereka lakukan. Namun yang perlu kita ambil hikmahnya dari itu semua adalah mereka melakukannya tidak dalam rangka hura-hura semata, tetapi lebih pada pengabdian hambanya terhadap Sang Pencipta serta penghormatan anak cucu terhadap leluhurnya yang telah meninggal.

Yang tidak kalah menarik di tuhun baru imlek mesti banyak sekali ahli hong shui, feng shui dsb yang kemudian menerawang dengan mata batin dan logikanya bagaimana tahun yang akan datang itu harus dijalani, dan masyarakat Thionghoa rata percaya betul terhadap apa yang diprediksikan itu, meskipun orang tersebut sudah sangat modern. Ini yang mungkin kita ambil sisi positifnya. Kita sebagai orang jawa yang mengaku modern dengan santainya banyak sekali telah meninggalkan kebudayaan jawa yang sebenarnya adiluhung dan sesuai dengan perkembangan jaman. Contoh kecil saja banyak dari kita yang sudah tidak bisa mambaca huruf jawa, dan masih banyak contoh yang lain (kalau saya tulis malah akan menjadi malu sendiri kita). Mereka tidak demikian dimanapun mereka berada di belahan bumi ini mereka masih sangat menjunjung tinggi tradisi nenek moyang mereka.

Satu hal lagi jika pada tahun baru imlek sudah dapat dipastikan akan turun hujan. Hal ini menurut kepercayaan sebagai pertanda baik bagi keberuntungan mereka (masyarakat thionghoa). Baik itu dalam karir, jodoh, rezki, maupun hal positif yang lain.

Tahun ini menurut mereka adalah Tahun Tikus dengan Unsur Tanah. Memang binatang itu kecil secara fisik, tapi sebenarnya ia punya daya besar. Ia juga hewan yang licik. Lihat saja, ia suka mengobrak-abrik sesuatu tanpa merasa bersalah. So...apakah sifat itu akan berpengaruh di sepanjang tahun ini...? Hanya Allah yang tahu. Namun semoga tidak.

Selain dari itu ada dua falsafah yang menarik bagi penulis. Yang pertama bahwa warga Thionghoa mepunyai simbol Naga Yang Melingkari Dunia. Artinya mereka punya prinsip, dengan sumber daya manusia yang jumlahnya sampai tahun ini sudah diatas 1 Milyar, maka mereka harus mampu keluar dari negara asal dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tidak hanya itu, naga mempunyai kuku yang tajam sehingga dimanapun dia berada dia akan punya pengaruh yang kuat. Di Indonesia yang menguasai perekonomian adalah warga thionghoa (yang lebih konkret di Magelang hampir semua pabik besar adalah milik mereka, pertokoan, dan bidang perekonomian lain adalah milik mereka). Kita pribumi hanya kebagian yang sedikit saja, tapi kita tetap diam, karena kita lebih memilih falsafah Diam Itu Emas. Falsafah yang kedua adalah sebuh kalimat “Gunung Tidak Perlu Tinggi Yang Penting Ada Dewanya, Sungai Tidak Perlu Dalam Yang Penting Ada Naganya”. Untuk falsafah ini ada kandungan makna yang sangat mendalam (nah....ini tugas pembaca untuk mencari sendiri makna tersebut).

Sama seperti tahun-tahun baru lain baik itu tahun baru Masehi ataupun tahun baru Islam yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana kita mampu mereflksi diri kita sendiri. Apa yang sudah kita lakukan selama satu tahun kemarin? Kekurangan apa yang kita lakukan? Dan rencana apa dalam satu tahun ke depan? Mungkin penulis hanya akan mengingatkan tidak ada salahnya jika di Tahun Baru Imlek ini, kita mengingat do’a Nabi untuk memulai hari tiap harinya (semoga ini dapat menjadi sebagian kecil refleksi diri dan harapan kita selama setahun ke depan). Empat hal yang beliau panjatkan dalam doanya yaitu, permintaan rizki yang halal dan berkah,permintaan ilmu yang manfaat,permintaan diterima amalan-amalannya, serta permintaan diberi keselamatan dan perlindungan. Gong Xi Fa Cai...Gong Xi...Gong Xi.....Gong.

The Power of N-Ach

Need for Achievement (disingkat n-ach) atau kebutuhan untuk berprestasi diintrodusir oleh David Mc C Lellant setelah meneliti masalah motivasi sejak tahun 1950-an. Menurut dia, n-ach merupakan “virus” yang bisa dikembangbiakkan dari satu orang ke orang lain.

“Virus” tersebut dapat dikembangbiakkan atau istilah kedokterannya ditularkan misalnya melalui cerita-cerita atau dongeng yang mengandung optimisme tinggi, keberanian mengubah nasib, dan sikap pantang menyerah. Bukannya cerita atau dongeng yang meninabobokkan sehingga kita menjadi terlena dan cenderung menjadi generasi “instant”. Cerita atau dongeng tersebut bisa saja dilakonkan atau dipentaskan dalam bentuk sinetron atau acara di layar televisi, sehingga banyak orang yang kemudian akan terjangkiti “virus” tersebut. Tetapi sayang sinetron-sinetron atau acara yang selama ini beredar di televisi bukanlah sinetron atau acara yang memiliki nilai n-ach yang tinggi, kaluapun ada hanya beberapa acara saja, itupun dengan intensitas yang rendah. Kalau boleh saya sebut acara Kick Andy salah satu contohnya, kita dapat mengambil ide, kreativitas, inspirasi, dan motivasi dari sana (lebih lanjut nantikan tulisan saya tentang acara ini terkait dengan inspirasi dan motivasi)

Dan sayangnya lagi, salah satu problem di negara berkembang termasuk Indonesia adalah rendahnya factor n-ach dalam masyarakat, sehingga semangat untuk mencapai prestasinya pun sangat rendah. Sampel kecilnya adalah populasi di sekolah ini. Saya merasa sudah terlalu banyak memberikan motivasi-motivasi baik lisan mapun tulisan (termasuk tulisan ini), peluang, kesempatan, dan fasilitas-fasilitas lain tetapi masyarakat di komunitas sekolah ini ternyata tidak tergerak untuk memanfaatkannya.

Saya kemudian menyimpulkan bahwa masyarakat di komunitas sekolah ini tergolong “organisme” yang “resistant”, alis kebal, sehingga ketika “virus” semangat untuk berprestasi itu dicoba untuk diinveksikan atau dijangkitkan pada jiwa masyarakat sekolah ini, tetap saja tidak ada respon atau reaksi dari “virus” tersebut. Padahal dosis “virus” yang disebarkan sudah tergolong dosis tinggi dan hanya boleh diresepkan oleh “dokter” spesialis.

So…..seperti tulisan saya di From Zero To Hero, masyarakat di sekolah ini memang lebih senang menjadi pecundang dibandingkan keinginan menjadi pemenang. Padahal saya mengharapkan masyarakat di sekolah ini dapat menjemput masa depan dengan tenang dan penuh kepastian, melalui prestasi-prestasi yang membanggakan.

Saya yakin bahwa masyarakat di sekolah ini sebenarnya punya talenta dan potensi untuk berprestasi, hanya bagaimana saja masyarakat di sekolah ini memanfaatkan talenta dan potensi tersebut secara maksimal.

Sebagai kata akhir di tulisan saya ini. Untuk perumpamaan saya melihat kalian adalah sekelompok elang yang mampu terbang sangat tinggi. Kalian bukan sekelompok ayam. Ayam matinya karena dipotong. Elang matinya karena usia tua setelah terbang tinggi menjelajahi dunia. Sekali lagi, kalian adalah elang bukan ayam. Dan jangan pernah mau menjadi ayam…(kalau dengan kata-kata inipun kalian tidak terjangkiti “virus” n-ach….kalian memang benar-benar orang yang sudah kebal).