Minggu, 20 Mei 2012

Inspirasi dari Miss Thomson


Sebuah kisah nyata yang terjadi di dunia pendidikan sekitar kita, dimana kisah ini terjadi di lingkungan pendidikan dasar. Betapa pentingnya peran guru dalam mendidik anak didiknya, bukan hanya transfer knowledge, tapi lebih dari itu. Memang benar, peran dan tanggung jawab guru memang beban moral. Memang sangat benar, sehingga banyak guru-guru yang belum siap mental mengundurkan diri dari aktivivtasnya karena beban moral yang ditanggungnya sangat berat menurut pemikirannya. Namun, banyak pula yang bertahan dengan berbagai alasan dan meningkatnya kebutuhan hidup. Dalam hal ini, ada sebuah cerita nyata yang menarik dan syarat akan hikmah dan amanah yang dapat dipetik.

Di sebuah kelas 5 SD, ada seorang guru bernama Miss Thomson. Selayaknya guru SD pada umumnya, seorang guru memegang kendali penuh dengan kelas yang diampunya. Di depan murid-muridnya Miss Thompson berkata bahwa ia akan mencintai mereka semua (anak didiknya) tanpa membeda-bedakan. Namun, hal tersebut mustahil. Tepat di bangku paling depan, dengan posisi duduk yang melorot seorang murid bernama Teddy. Sepengatahuan Miss Thompson, Tedy adalah anak yang pendiam, suka menyendiri dan tidak mau bermain dengan teman-teman sekelasnya, pakaiannya lusuh dan kotor dan bisa jadi menurut Miss Thompson, Teddy adalah anak yang tidak menyenangkan. Dalam kesehariannya Miss Thompson terpaksa harus menandai kertas ulangan dan latihan si Teddy dengan tinta merah teball dengan tanda F yang berarti (FAIL/GAGAL).

Disekolah tersebut, kepala sekolah menghimbau kepada semua guru untuk melihat ulang catatan dari semua murid-muridnya.  Hingga pada suatu ketika, Miss Thompson melihat ulang catatan Teddy mulai dari kelas satu dan betapa terkejutnya Miss Thompson ketika membaca ulang catatan tentang si Teddy dikelas sebelumnya :

Guru Kelas 1 memberikan cacatan bahwa Teddy adalah murid yang cemerlang, siap tertawa dan gembira. Dia mengerjakan semua tugas-tugasnya denga rapi, sopan dan penuh dengan semangat kegembiraan.


Guru Kelas 2 memberikan catatan bahwa Teddy adalah murid yang luar biasa, karena kepintarannya dia disukai banyak teman-teman sekelasnya.

Ketika kelas 2, ibu Teddy mengalami penyakit yang tak tersembuhkan dan harus berjuang dalam rumah untuk melawan penyakitnya.

Guru Kelas 3 memberikan catatan bahwa kematian ibunya membuat Teddy sangat terpukul. Teddy mencoba melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukannya, namun Bapaknya tidak memperdulikannya. Tentunya hal tersebut akan berdampak buruk bagi Teddy.

Guru Kelas 4 memberikan catatan bahwa Teddy mulai suka menyendiri dan tidak tertarik dengan pelajaran di sekolah dan sering tertidur di dalam kelas.

Setelah membaca catatan ulang tentang guru-guru sebelumnya, Miss Thompson akhirnya sadar tentang apa yang terjadi dengan Teddy.

Ketika Perayaan Natal, Miss Thompson mendapatkan kado dari murid-muridnya. Semua kadonya bagus-bagus. Hanya yang sedikit berbeda adalah kado dari si Teddy yang terbungkus dengan kertas bekas pembungkus barang dan sedikit lusuh. Ketika dibuka, semua kawan-kawanya menertawakannya karena isi dari kado natal tersebut hanyalah kalung “Rhinestone” yang beberapa bagiannya hilang dan Parfum yang tinggal seperempat isinya. Namun, Miss Thompson menghentikan gelak tawa teman-teman sekelasnya dan akhirnya berkata bahwa kalung ini cantik dan memakai kalung tersebut serta mengoleskan parfum ke pakaian yang dikenakannya.

Setelah semua murid-muridnya pulang, si Teddy menghampiri Miss Thompson dan berkata “Ibu, bau parfummu persis seperti mama saya”. Setelah itu, Miss Thompson menjadi sedih dan berlinang air mata dan menangis hampir sejam. Pada saat itu Miss Thompson mulai sadar, bahwa ia tidak akan mengajarkan “matematika, aritmatika, dan membaca” tetapi mengajari “anak-anak”

Sejak saat itu, Miss Thompson memberikan perhatian lebih terhadap Teddy. Perkataan bahwa dia akan mencintai murid-muridnya secara sama hanyalah kata-kata di awal saja, karena si Teddy akhirnya menjadi salah satu murid “kesanyangannya”. Teddy menjadi anak periang, mulai bersemangat belajar dan menjadi bintang di kelasnya.

Setahun kemudian, Miss Thompson mendapat surat dari Teddy bahwa Ia adalah guru terbaik yang ia punya dalam hidupnya.

Enam tahun kemudian, Miss Thompson mendapat dari Teddy bahwa ia telah menyelesaikan bangku SMA  dan akan melanjutkan ke bangku kuliah dan Miss Thompson masih menjadi guru terbaik yang pernah ia punya.

Empat tahun kemudian, sebuah surat dating yang berkata bahwa Teddy telah menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan presikat lulusan terbaik dan Miss Thompson tetap menjadi guru terbaik yang ia punya dan ia akan melanjutkan pendidikan ke S2 dengan beasiswa yang diterimanya.

Dua tahun kemudian, Miss Thompson mendapat surat bahwa Teddy telah menyelesaikan bangku S2nya. Sekarang namanya menjadi lebih panjang, Teddy Stallard, M.D. Dia berkata Bahwa Miss Thompson tetap mejadi guru terbaik yang ia punya selama hidupnya.

Kisah ini tidak berakhir sampai disini, Pada sebuah usim semi, datanglah surat dari Teddy yang berisi bahwa dia telah menemukan gadis pujaan hatinya dan akan menikah dengannya. Dia juga mejelaskan bahwa ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu. Dalam surat tersebut, Teddy Memohon kepada Miss Thompson untuk menjadi wali dalam pernikahannya menggantikan orang tuanya. Tentu saja dengan senang hati Miss Thompson menerima permohonan si Teddy.

Apa yang dilakukan Miss Thompson ketika mengahadiri pernikahan Teddy? Miss Thompson datang dengan memakai kalung dan parfume kado natal  dari Teddy yang ia ranyakan pertama kali dengannya sehingga mengingatkan akan sosok mamanya.

Mereka semua saling berpelukan, berbahagia satu sama lain. Dikesempatan itu, Teddy membisikkan sesuatu kepada Miss Thompson “ Terimakasih karena telah mempercayaiku, engkau telah mengajariku bahwa saya bisa melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda”

Dengan berlinang air mata Miss Thompson kembali berbisik ketelinga Teddy “ Justru engkau yang mengajariku bagaimana harus bersikap dan berperilaku berbeda, dulu saya tidak tahu bagaimana mengajar sampai saya bertemu denganmu”.

Itulah kisah nyata yang terjadi. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi terhadap orang lain atas tindakan yang kita lakukan atau karena tidak melakukan apa-apa. Untuk itu, mulailah mempertimbangkan hal itu semua dan mulai melakukan sesuatu dengan cara berbeda  pula.

Coba bayangkan apa yang terjadi jika Miss Thompson tidak melakukan sesuatu yang berbeda terhadap Teddy? Dengan kondisi psikologis anak seusianya yang harusnya bermain, belajar dan mengeksplorasi dunianya, sudah mengalami peristiwa yang traumatis dalam hidupnya sehingga menjadi pribadi yang berubah 180 derajat dari sebelumnya. Jika hal itu tidak diatasi, apa yang terjadi selanjutnya dengan Teddy? Dia akan berkembang menjadi pribadi yang pendiam, pemurung, kemungkinan mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan social, kelainan kepribadian bahkan Depresi dan tidak menutup kemungkinan sampai bunuh diri. Namun, dengan perlakuan yang berbeda, menjadikan Teddy menjadi pribadi yang kuat dan menjadi orang yang sukses.