Sebuah kisah nyata yang terjadi di dunia pendidikan
sekitar kita, dimana kisah ini terjadi di lingkungan pendidikan dasar. Betapa
pentingnya peran guru dalam mendidik anak didiknya, bukan hanya transfer
knowledge, tapi lebih dari itu. Memang benar, peran dan tanggung jawab guru
memang beban moral. Memang sangat benar, sehingga banyak guru-guru yang belum
siap mental mengundurkan diri dari aktivivtasnya karena beban moral yang
ditanggungnya sangat berat menurut pemikirannya. Namun, banyak pula yang
bertahan dengan berbagai alasan dan meningkatnya kebutuhan hidup. Dalam hal
ini, ada sebuah cerita nyata yang menarik dan syarat akan hikmah dan amanah
yang dapat dipetik.
Di sebuah kelas 5 SD, ada seorang guru bernama Miss
Thomson. Selayaknya guru SD pada umumnya, seorang guru memegang kendali penuh
dengan kelas yang diampunya. Di depan murid-muridnya Miss Thompson berkata
bahwa ia akan mencintai mereka semua (anak didiknya) tanpa membeda-bedakan.
Namun, hal tersebut mustahil. Tepat di bangku paling depan, dengan posisi duduk
yang melorot seorang murid bernama Teddy. Sepengatahuan Miss Thompson, Tedy
adalah anak yang pendiam, suka menyendiri dan tidak mau bermain dengan
teman-teman sekelasnya, pakaiannya lusuh dan kotor dan bisa jadi menurut Miss
Thompson, Teddy adalah anak yang tidak menyenangkan. Dalam kesehariannya Miss
Thompson terpaksa harus menandai kertas ulangan dan latihan si Teddy dengan
tinta merah teball dengan tanda F yang berarti (FAIL/GAGAL).
Disekolah tersebut, kepala sekolah menghimbau kepada
semua guru untuk melihat ulang catatan dari semua murid-muridnya. Hingga
pada suatu ketika, Miss Thompson melihat ulang catatan Teddy mulai dari kelas
satu dan betapa terkejutnya Miss Thompson ketika membaca ulang catatan tentang
si Teddy dikelas sebelumnya :
Guru Kelas 1 memberikan cacatan bahwa Teddy adalah
murid yang cemerlang, siap tertawa dan gembira. Dia mengerjakan semua
tugas-tugasnya denga rapi, sopan dan penuh dengan semangat kegembiraan.
Guru Kelas 2 memberikan catatan bahwa Teddy adalah
murid yang luar biasa, karena kepintarannya dia disukai banyak teman-teman
sekelasnya.
Ketika kelas 2, ibu Teddy mengalami penyakit yang tak
tersembuhkan dan harus berjuang dalam rumah untuk melawan penyakitnya.
Guru Kelas 3 memberikan catatan bahwa kematian ibunya
membuat Teddy sangat terpukul. Teddy mencoba melakukan hal yang terbaik yang
dapat dilakukannya, namun Bapaknya tidak memperdulikannya. Tentunya hal
tersebut akan berdampak buruk bagi Teddy.
Guru Kelas 4 memberikan catatan bahwa Teddy mulai suka
menyendiri dan tidak tertarik dengan pelajaran di sekolah dan sering tertidur
di dalam kelas.
Setelah membaca catatan ulang tentang guru-guru
sebelumnya, Miss Thompson akhirnya sadar tentang apa yang terjadi dengan Teddy.
Ketika Perayaan Natal, Miss Thompson mendapatkan kado
dari murid-muridnya. Semua kadonya bagus-bagus. Hanya yang sedikit berbeda
adalah kado dari si Teddy yang terbungkus dengan kertas bekas pembungkus barang
dan sedikit lusuh. Ketika dibuka, semua kawan-kawanya menertawakannya karena
isi dari kado natal tersebut hanyalah kalung “Rhinestone” yang beberapa
bagiannya hilang dan Parfum yang tinggal seperempat isinya. Namun, Miss
Thompson menghentikan gelak tawa teman-teman sekelasnya dan akhirnya berkata
bahwa kalung ini cantik dan memakai kalung tersebut serta mengoleskan parfum ke
pakaian yang dikenakannya.
Setelah semua murid-muridnya pulang, si Teddy
menghampiri Miss Thompson dan berkata “Ibu, bau parfummu persis seperti mama
saya”. Setelah itu, Miss Thompson menjadi sedih dan berlinang air mata dan
menangis hampir sejam. Pada saat itu Miss Thompson mulai sadar, bahwa ia tidak
akan mengajarkan “matematika, aritmatika, dan membaca” tetapi mengajari
“anak-anak”
Sejak saat itu, Miss Thompson memberikan perhatian
lebih terhadap Teddy. Perkataan bahwa dia akan mencintai murid-muridnya secara
sama hanyalah kata-kata di awal saja, karena si Teddy akhirnya menjadi salah
satu murid “kesanyangannya”. Teddy menjadi anak periang, mulai bersemangat
belajar dan menjadi bintang di kelasnya.
Setahun kemudian, Miss Thompson mendapat surat dari
Teddy bahwa Ia adalah guru terbaik yang ia punya dalam hidupnya.
Enam tahun kemudian, Miss Thompson mendapat dari Teddy
bahwa ia telah menyelesaikan bangku SMA dan akan melanjutkan ke bangku
kuliah dan Miss Thompson masih menjadi guru terbaik yang pernah ia punya.
Empat tahun kemudian, sebuah surat dating yang berkata
bahwa Teddy telah menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan presikat lulusan
terbaik dan Miss Thompson tetap menjadi guru terbaik yang ia punya dan ia akan
melanjutkan pendidikan ke S2 dengan beasiswa yang diterimanya.
Dua tahun kemudian, Miss Thompson mendapat surat bahwa
Teddy telah menyelesaikan bangku S2nya. Sekarang namanya menjadi lebih panjang,
Teddy Stallard, M.D. Dia berkata Bahwa Miss Thompson tetap mejadi guru terbaik
yang ia punya selama hidupnya.
Kisah ini tidak berakhir sampai disini, Pada sebuah
usim semi, datanglah surat dari Teddy yang berisi bahwa dia telah menemukan
gadis pujaan hatinya dan akan menikah dengannya. Dia juga mejelaskan bahwa
ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu. Dalam surat tersebut, Teddy Memohon
kepada Miss Thompson untuk menjadi wali dalam pernikahannya menggantikan orang
tuanya. Tentu saja dengan senang hati Miss Thompson menerima permohonan si
Teddy.
Apa yang dilakukan Miss Thompson ketika mengahadiri
pernikahan Teddy? Miss Thompson datang dengan memakai kalung dan parfume kado
natal dari Teddy yang ia ranyakan pertama kali dengannya sehingga
mengingatkan akan sosok mamanya.
Mereka semua saling berpelukan, berbahagia satu sama
lain. Dikesempatan itu, Teddy membisikkan sesuatu kepada Miss Thompson “
Terimakasih karena telah mempercayaiku, engkau telah mengajariku bahwa saya
bisa melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda”
Dengan berlinang air mata Miss Thompson kembali
berbisik ketelinga Teddy “ Justru engkau yang mengajariku bagaimana harus
bersikap dan berperilaku berbeda, dulu saya tidak tahu bagaimana mengajar
sampai saya bertemu denganmu”.
Itulah kisah nyata yang terjadi. Kita tidak akan
pernah tahu apa yang terjadi terhadap orang lain atas tindakan yang kita
lakukan atau karena tidak melakukan apa-apa. Untuk itu, mulailah
mempertimbangkan hal itu semua dan mulai melakukan sesuatu dengan cara
berbeda pula.
Coba bayangkan apa yang terjadi jika Miss Thompson
tidak melakukan sesuatu yang berbeda terhadap Teddy? Dengan kondisi psikologis
anak seusianya yang harusnya bermain, belajar dan mengeksplorasi dunianya,
sudah mengalami peristiwa yang traumatis dalam hidupnya sehingga menjadi
pribadi yang berubah 180 derajat dari sebelumnya. Jika hal itu tidak diatasi,
apa yang terjadi selanjutnya dengan Teddy? Dia akan berkembang menjadi pribadi
yang pendiam, pemurung, kemungkinan mengalami hambatan dalam perkembangan emosi
dan social, kelainan kepribadian bahkan Depresi dan tidak menutup kemungkinan
sampai bunuh diri. Namun, dengan perlakuan yang berbeda, menjadikan Teddy
menjadi pribadi yang kuat dan menjadi orang yang sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar