Rabu, 02 Januari 2008

Janji Matahari

Mungkin ketika sore menjelang malam, kita merasa biasa melihat matahari yang terbenam menuju ke peraduan dengan tenang, kemudian malam datang dan ketika esok menjelang, kita juga terbiasa melihat matahari hadir diiringi kokok ayam jantan yang bersautan ditingkahi dengan suara burung-burung kecil yang bergegas bertebaran di muka bumi mencari makan.
Namun tahukah kamu.....ketika matahari hendak tenggelam di ujung cakrawala barat dia selalu berjanji kepada bumi bahwa esok dia akan datang kembali dengan sinarnya yang hangat, dengan berjuta harapan tentang makna kehidupan. Dan janji itu setiap senja senantiasa diulang, diulang, dan diulang. Matahari tidak pernah lupa dan merasa bosan untuk mengucapkan janji itu.
Pernah pulakah kamu melihat mendung di siang hari ? (pertanyaan ini mungkin mengingatkan kita pelajaran SD tentang bagaimana terjadinya hujan), namun bukan itu maksudnya, sebenarnya waktu itu bumi memang tidak mau ketemu dengan matahari, dia lagi ngambek, bosan, dan tidak tahu perasaan apa yang terpendam di dalam hatinya. Tapi matahari tetap matahari, di balik awan dan mendung dia tetap setia mengikuti kemana arah bumi, dibalik awan dan mendung dia selalu “mengintip” bumi, dan manakala bumi sudah tidak betah dengan kesendiriannya, dengan rasa ngambek dan bosannya, mendung yang mengantung akan menjadi tetesan-tetesan air hujan untuk menyiram hati bumi agar lebih merasa damai, dan matahari akan muncul kembali dengan cahaya hangat kasihnya ditemani langit yang membiru, meskipun sebenarnya matahari yang dilihat bumi adalah matahari semu beberapa menit yang lalu (ingat hukum pembiasan yang diajarakan Bu Wied), namun matahari tidak peduli karena dia teguh dengan janjinya. Dia juga berjanji akan senantiasa menemani bumi sampai kehidupan ini berakhir.
Oh iya....Ketika senja beranjak pulang, matahari hanya berjanji kepada bumi, bukan kepada bintang, bukan kepada bulan, bukan pula kepada planet yang lain.
Omne vivum ex vivo
taufik@gmail.com

Tidak ada komentar: