Rabu, 02 Januari 2008

Penggalan Perjalanan

Aku baru saja terlelap ketika Debby yang duduk di belakangku berteriak “Pak, ada bintang jatuh!”. Mataku masih terlalu berat untuk melihat meskipun akhirnya terbuka juga. “Mana ? saya tidak melihat” kataku disertai rasa tidak percaya. “Tadi aku lihat” kata Debby meyakinkan. Dengan mata masih sipit aku coba menatap langit. Ah …. hanya bintang yang nampak, ditemani gelapnya malam serta lampu-lampu listrik yang seolah berkejaran di luar jendela. Kini mataku sudah 100% bulat untuk bisa melihat dengan jelas.
Ketika kulihat arlojiku menunjukkan 01.45 WIB. “Masih ada waktu untuk memejamkan mataku kembali sebelum sampai di tujuan” gumamku dalam hati. Namun mata ini seolah tak mau dipejamkan lagi, sambil sesekali kulihat angkasa. Dan tiba-tiba Debby berteriak “Pak itu bintang jatuhnya nampak lagi”. Kepalaku langsung reflek menengok ke luar jendela. Betul juga bintang itu melesat cepat kearah bumi dengan warna putih kemerahan membentuk sebuah garis panjang. Dan hanya dalam hitungan detik bintang itu tidak tampak karena terbakar habis akibat bergesekan dengan oksigen bumi. Konon kata orang jika seseorang yang melihat bintang jatuh kemudian menyebutkan keinginan dalam hati, maka keinginan itu akan terwujud. Meskipun tidak percaya dengan mitos itu, saya sempat juga mengucapkan sebuah keinginan dan pengharapan (tapi maaf untuk yang ini kena sensor sehingga tidak tertulis di sini, pokoknya ada deh….”R” gitu lhoh…..!).
Selanjutnya aku mencoba mengorek memoriku kembali , kemudian aku berdoa “Semoga serangkaian fenomena alam (bintang jatuh) ini bukan kategori lintang kemukus yang pernah muncul beberapa puluh tahun yang lalu”. Konon kata orang lagi bila lintang kemukus itu muncul maka akan terjadi peristiwa besar yang tidak menyenangkan. Pada tahun 1965 lintang kemukus itu pernah muncul di negeri ini dan kebetulan pada tahun itu ada peristiwa G30S PKI yang mengerikan (kalian boleh baca salah satu karya besar Trilogi karya Ahmad Tohari yang berjudul Lintang Kemukus Dini Hari ) Meskipun itu hanya mitos namun sempat juga khawatiran menyeruak dalam hatiku. Lalu sekali lagi aku berdoa “Semoga bangsa ini diberi kerahmatan dan perlindungan”. Dan semoga lintang kemukus yang termasuk komet berbeda dengan bintang jatuh yang kulihat tadi.
Aku mencoba menatap kembali langit , tetapi bintang jatuh yang lain sudah tidak ada lagi, sampai suasana mendekati subuh dan tak terasa bis sudah masuk di pelataran parkir Masjid At-Tien.
Malam ke dua aku juga tidak bisa tidur lelap. Ketika waktu merangkak telah jauh aku coba menengok ke jendela, ternyata langit gelap. Mendung menyelimuti malam itu, bahkan gerimis sempat mengguyur bis kami beberapa kali. Bintang itu tidak bisa aku temukan. Kemudian aku mencoba merajut mimpi, sesaat terdengar instrumentalia Kenny G dari audio bis, dan aku tertidur sesaat. Mimpi belum sempat tergambar sempurna dan sirna seketika, bis berhenti di sebuah pom bensin. Aku menyempatkan untuk mengeluarkan hasil ekskresi beberapa jam yang lalu, kemudian aku mencoba mengusir sepi dengan memutar MP3 dari SE K750i-ku. Lagu Jika Aku Mati dan Hanya ingin Kau dari Republik menyusup ke telingaku via Headset yang kubawa, kemudian aku terbawa ke lamunan yang entah kemana.
Menjelag siang bis sudah berada jauh di daerah Jawa Tengah. Tiba-tiba dari bangku belakang anak-anak ramai. Saya kira ada bintng jatuh lagi. “Tapi masak siang-siang bintang itu muncul?” pikirku dalam hati. Tak tahunya ada salah satu siswa yang mengalami kecelakaan kejatuhan bintang diare . Sontak terjadi eksodus besar-besaran dari siswa yang duduk di belakan ke depan. “Ini termasuk KLB (Kejadian Luar Biasa)” celetuk seseorang. “Wah ini seperti peristiwa Lumpur Porong “ teriak yang lain menimpali, dan masih banyak komentar lain yang membuat seluruh populasi yang ada di dalam bis tertawa. Ah………..ayak-ayak wae, kata orang sunda. ( Maaf Mad…terpaksa peristiwa itu sudah terinstal di Hard Disck otakku yang sulit untuk men-delete-nya. Sekali lagi maaf).
Batavia 14-15 Agustus 2007
taufik31@gmail.com

Tidak ada komentar: